Dan dua jam yang lalu gue masih asik nonton sebuah drama jepang. Ya kan daripada gue galau, mending nonton, ye gak. Gue kalau nonton tuh di applikasi Viu sekarang. Yah, meminimalisir pembajakan lah yah. Jadi tadi gue nemuin dorama yang judulnya sangat menarik, yaitu The King Of Novels. OKE INI DORAMA APA EAAAA. Kok bawa-bawa novel??? MAU NYINDIR GUE LU YAA???
Jadi memang gue sedang sensitif dengan novel gue yang masih menolak-kelar-itu. Yang belum gue sentuh-sentuh sebulan ini. Dan selalu gue duakan dengan drama-drama bersama alibi 'mencari inspirasi cerita'. Ah sudahlah, kite mau bahas dramanya, okey??
Jadi menit-menit pertama aja gue nontonnya udeh mau esmosyi wkwk. Karena menampilkan si tokoh utama yang ngajuin naskah ke penerbit tapi ditolak terus. Haha kesian banget yha (kayak ghue).
Dan mereka menampilkan adegan keren di mana si penulis sedang menulis di laptop dengan gagah dan matanya tajam menatap layar. Apalah gua yang nulis sambil goleran dan kadang menatap hampa aja gitu ke layar laptop yang gue harap bisa ngetik sendiri agar gue bisa rebahan aja.
Dan gue juga mengamini keadaan rumah si penulis yang ambyar dengan berbagai buku. Karena ruang tamu gue pun tergeletak 350 buku yang gue nggak tahu juga kenapa bisa berkembang biak jadi segitu. Yang selalu bertambah dengan dalih (lagi-lagi) mencari inspirasi. Dan yang pasti emak gue selalu nawar-nawar, 'kapan mau diloakin, dek?'.
Gue tadi baru nonton sampai episode empat sih. Sejauh itu gue masi meraba-raba mungkin ini hanya persoalan eksteren saja. Soal menyoal penerbitan dan persaingan antar penulis. Kayaknya enggak terlalu dibahas proses menulis itu sendiri. Karena tokoh penulis di sini tuh agak mirip pesulap gitu, 2-3 hari novelnya langsung jadi. Ha ha hambar sekali ketawaku. Iya, 2-3 hari gitu cuy udah kelar wkwk (ingin kulempar naskahku).
Entah apa yang bisa gue ambil dari drama ini. Mungkin hanya buat penghibur diri karena nasib agak-agak mirip (minus naskah yang 2-3 hari itu). Dan lalu mungkin ada pelajaran yang bisa diambil, seperti meminta pendapat orang lain. Dalam drama ini, si penulis bekerja sama dengan seorang editor. Keren juga ya ternyata editor itu. Dan juga pelajaran bahwa apa yang kita alami, bisa jadi lebih baik untuk dituliskan, karena feelnya akan lebih terasa. Oke bhaiiquee. Ini gue setuju banget sih. Nulis tentang yang dialami akan lebih mudah, ngehalu itu berat, yea.
Ohya gue juga baru ngeh, di jepang ternyata ada juga ya penulis-penulis angkatan tua. Maksud gue, yha keren aja gitu, udah tua tapi masih nulis. Di Indonesia juga banyak sih.
Jadi, kapan gue bisa bikin novel cuma 2-3 hari aja??? Hoey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen dong dong
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.