Rabu, 28 Oktober 2020

Nulis


Halo para penulis pemula yang enggak mula-mula amat, hanya saja terlalu banyak berkata tentang semua alasan untuk menunda menyelesaikan tulisan. Ya, saya juga demikian. Selalu sombong bahwa sudah begitu lama memulai menulis, dan bahwa kini masih saja belum ada kemajuan, tentang apakah karya saya ada muncul di media atau di toko buku. Mungkin saya, dan kalian juga pernah merasakannya, namun tidak membuat semangat menulis begitu menggebu-gebu, seperti kadal dikejar kucing, namun ya masih begitu-begitu saja semangatnya, kira-kira. 

Dan lalu selalu lagi dan lagi tertambat permanen di suatu kata yang entah mengapa tercipta, penundaan, membuat saya dan mungkin kalian juga merasa bahwa ini seperti lingkaran setan yang lagi-lagi membawa mundur progres diri. Begini lagi dan begini lagi. Lihat draft novel yang tak kunjung selesai itu, sementara imajinasi sudah melanglang buana soal-menyoal memenangkan lomba, cih. 

Mengapa begitu susah dan sulit barang menulis seribu kata perhari saja? Barangkali itu yang penulis pemula pikirkan, bahwa terlihat mudah sekali itu hal. Dan bahwa kita semua berkhayal bisa menulis banyak-banyak dalam sehari sejalan dengan cepatnya imajinasi dalam pikiran. Tapi apa daya khayalan tak bisa membuat keyboard laptop tertekan sendiri, atau novelmu selesai tanpa kau harus bangun dari malasmu.

Malas sekali saya menulis novel yang saya harapkan segera selesai itu dan lalu terbit di seluruh toko buku se-Indonesia dan jagat internasional. Mengapa begitu malas untuk menggapai cita-cita sendiri? Tiada yang mengejek pun tiada yang menyemangati, semua tergantung saya pribadi, ingin bahagia atau tidak, inginnya jadi bagaimana? Bagaiman menemukan semangat untuk terus menulis tanpa henti, atau setidaknya menemukan metode jitu untuk diri sendiri agar tidak menyerah menggapai mimpi. Mengapa begitu terasa sulit jalan yang sudah terang benderang dan mulus tiada berbatu, hanya tinggal jalan kaki saja. 

Banyak orang di luar sana yang tidak tahu apa tujuan hidup dan mungkin bahkan tidak punya kemampuan mumpuni di bidang apa pun. Lalu apa kabar kita yang telah begitu jelas dengan mata terbuka menyadari kemampuan yang ada, tujuan jelas di depan sana, sudah tahu apa yang harus dilakukan, namun kita hanya banyak terbengong dan menganga menganggap bahwa motivasi masih ditunggu kedatangannya. Begitu lelah sekali melawan kemalasan yang berkedok motivasi jadi-jadian yang tak kunjung bertamu itu. 

Lalu akal sehat ini dikambing hitamkan lagi menjadi seperti pikiran yang terlalu banyak bekerja dan membuat inspirasi terbang dan kurang merasa mendapat feelnya. Feel tidur sajalah kau telan! Lalu pedih melihat berjuta karya berserak terbit setiap hari dan tiada kunjung nama kita menghiasi toko buku barang satu saja.

Penulis khayalan, mungkin itu nama pena kita sebenarnya, dengan novel transparan yang tak terbaca manusia, yang ada hanya di dalam otak saja untuk konsumsi pribadi, memuaskan pikiran bahwa kita begitu hebat mengarang fiksi, yang lalu diharapkan bisa menjelma menjadi buku nyata dalam hitungan simsalabim. Dan lalu bulan berganti tahun yang tak kunjung novel itu berubah wujud, yang malahan telah usang dimakan lupa. Hey sadarlah, waktu tak berjeda hanya untuk menunggu kau yang banyak gaya. Cepatlah selesaikan tulisan itu atau tinggalkan saja harap yang terlalu tinggi itu.

1 komentar:

  1. Hahaha... semangat ya nulisnya *dari orang yang males nulis juga*

    BalasHapus

Komen dong dong

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.