Kamis, 10 Februari 2022

ngapain hari ini (part 4)

Lu tahu sakit punggung gak sih? Akhir-akhir ini punggung tengah gue sakit terus. Tapi pas pagi hari gak sakit. Sakitnya tuh pas udah seharian kebanyakan bungkuk, kerasa deh tuh sakitnya. Gue pikir ini karena kebiasaan gue yang baca buku atau nonton drakor dengan membungkuk. Dan gue susah banget untuk ngebenerin karena udah jadi kebiasaan. Tapi gue masih berusaha sih, nyoba postur tegak kalau lagi inget.

Lalu sepagian tadi gue tertarik dengan sebuah buku yang gue lihat di marketplace. Sepertinya menarik, begitu pikir gue karena melihat bukunya yang lumayan tebal sepertinya menjanjikan petualangan yang seru.

Tapi gue ingin memastikan juga dengan melihat reviewnya di goodreads. Dan waw, baru kali ini gue ketemu buku yang reviewnya hampir jelek semua. Kalaupun ada yang review agak bagus, sepertinya hanya karena kasian belaka.

Gue agak kaget juga melihat review bukunya rata-rata seperti itu. Dan penulisnya adalah penulis senior yang sudah menelurkan banyak buku. Dan gue intip bukunya yang lain juga seperti itu reviewnya. Wah, kok bisa ya? Apakah bisa gue katakan bahwa penulis tersebut enggak berbakat nulis, tapi terus ngotot untuk nulis? Why?

Gue aja kalau dapet 1 ujaran kebencian kayak gitu, so pasti langsung pensiun nulis. Kenak mental langsung. 

Nah, kira-kira semangat seperti apakah yang bisa membuat orang bertahan dengan ketidakmampuannya itu? Terus berjalan di jalan yang sulit itu apapun yang terjadi?? Sungguh gue salut, saluutt banget. Ini jadi memotivasi gue untuk menulis dan menulisa aja, gak usah peduli soal lain hal. Sekelas novel Seno Gumira aja masih ada yang komen miring, lalu gue sebagai penulis diary ini berharap apa? Wkwk.

Setidaknya dari review tersebut gue jadi punya pikiran bahwa gak apa bikin novel jelek. Buatlah sebanyak-banyaknya, hingga orang mengganggap kejelekan itu adalah sebuah ciri khas unik yang enggak semua org bisa.

Gue inget juga reviewnya buku Murakami, ada orang yang bilang novel dia tuh gak dimengerti. Dan gue juga baca wawancara beliau yang bilang bahwa dia tuh nulis ya nulis aja gitu, dia juga gak tahu nanti ujungnya gimana. Dan gue juga baca novelnya yang.. gue juga nggak ngerti. Intinya, orang ini tuh nulis begitu aja tapi penggemarnya luar biasa banyak. Gue pribadi gak suka kalau novel itu gak ada inti pesannya. Namun rupanya, banyak penduduk dunia yang lebih suka novel yang gak jelas juntrungnya.

Lalu kemaren juga gue baca review novel pemenang DKJ. Dan ternyata novel tersebut mirip sinetron indosiar, dimana tokohnya menderita melulu. Namun, karena cara menulisnya yang unik, novel tersebut banyak yang suka. Nah, tau kan sekarang intinya? Novel itu yang penting cara menulisnya, kata-katanya. Mengenai faedahnya, itu urusan belakangan. Begitu yang gue tangkap dari berselancar di goodreads.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komen dong dong

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.