Minggu, 01 Mei 2022

Belajar mengikhlaskan.


Seperti hal yang dulu gue lakukan, mengikhlaskan ambisi gue. Dulu banget, keinginan gue lebih banyak lagi yang random. Ambisi pada menggambar, gitar, nyanyi, masak, bisnis dan segala rupa. Semua udah gue ikhlaskan, bahwa gue akan melupakan semuanya, menghilangkan rasa penasaran dan menyakinkan diri bahwa semua hal itu gak terlalu berguna untuk gue.

Seiring waktu, muncul beberapa hal-hal lain lagi. Yang juga gue ingin lakukan. Ikut pelatihan ini dan itu atas dasar penasaran dan kenapa enggak?? Tapi balik lagi diri ini bertanya, yaaa buat apa? Beneran mau fokus ke situ? Lalu gue bingung terus.

Tentang jadi penulis, hal itu masih jadi ambisi, dari dulu sampe sekarang. Masih suka berkhayal suatu hari gue menang lomba menulis dari dewan kesenian jakarta DKJ 🙂 bagaimana detik-detik pengumuman, lalu gue enggak mau maju ke depan kayak Ziggy. Ngayal banget, tapi yah gitulah. Mimpi terus, gak bangun-bangun.


Lalu gue sadar bahwa mimpi menjadi penulis itu gak benar-benar gue seriusi. Jadi gue pikir, daripada mimpi itu terus bercokol di benak gue, baiknya gue musnahkan untuk selamanya biar gak balik-balik lagi. 

Tapi gimana caranya. Ya gue harus sadar diri. Gue tidak mampu mengurus emosi diri, apalagi untuk memaksa mencapai impian tersebut. Baiknya gue fokus pada hal-hal lebih bermanfaat, seperti healing diri fokus ke Alquran, nambah hafalan, nambah ilmu agama. Hal-hal yang bisa menaikkan derajat gue di akhirat. 

Sungguh mulia. Apa iya gue bisa? Langkah apa saja yang harus gue lakukan untuk memulai ini semua?

Lenyapkan buku novel. Semakin sering liat tumpukkan buku novel, semakin gue teringat dengan ambisi menjadi penulis. Jadi, harus gue bumi hanguskan ratusan buku gue itu. Gimana caranya???

Jualin laptop dan tablet itu. Karena gue selalu merasa bersalah ngeliat mereka.

Hapus instagram. Hapus aja. Gak guna. Bikin gue jadi kebanyakan ide. Kalau perlu ganti hape.

Fokus pada saat ini, lupakan masa lalu, jangan berkhayal tentang masa depan. Manfaatkan hari ini, jangan buang waktu untuk berandai-andai. Jauhi semua hal yang memancing kebiasaan berkhayal.

Cari teman dunia nyata. Gue rasa gue sangat butuh ini. Siapa ya yang bisa gue temenin. Gue butuh banget. Gue pikir, mungkin gue kudu nyari sebuah tempat kursus tahsin atau yang semacamnya, supaya gue bisa dapet pertemanan yang berkualitas. Beberapa tahun lalu pernah dapet lingkungan begini pas nungguin anak gue sekolah. Kapan lagi gue bisa dapet pertemanan gini ya? 

Siapkan fisik yang kuat. Gue kayaknya butuh olahraga rutin. Katanya mental yang kuat kudu ditunjang dengan fisik yang sehat. Pola makan, lari pagi? Lompat tali?

Ada keinginan untuk kuliah lagi, mempelajari hal baru lagi, tapi gue yakin ini masih sebatas ambisi gak berujung. Kembali fokus kepada apa yang penting untuk saat ini, bukan sibuk yanh dicari, tapi bagaimana caranya mengontrol emosi diri.

Focus on what you have right now. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komen dong dong

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.