Rabu, 07 Februari 2018

To do list emak-emak



Oke, setelah kemarin postingannya cukup serius, mungkin kali ini saya mau membahas tentang penerapannya dalam kehidupan saya pribadi.

Menjadi seorang ibu begitu wow bagi saya. Karena saya sebelum menikah tidak pernah dididik tentang bagaimana menjadi seorang istri ataupun ibu. Walau teknisnya saya tau, seperti bagaimana memasak (ala kadarnya) atau mengganti popok anak. Yang tidak saya tau adalah bagaimana mental yang harus disiapkan untuk itu semua. Saya benar-benar tidak tahu. Dan mungkin itulah maksudnya mengapa ibu mengandung sampai sembilan bulan lamanya, dan merasakan mual dan perubahan hormon dan mood yang luar biasa, mungkin untuk mempersiapkan mental kita untuk nanti mengasuh anak (iya gak seh, teori asal haha). 

Saya harus belajar dengan keras bagaimana berdamai dengan waktu dan bagaimana menurunkan standar kebahagiaan dalam keadaan rumah yang masih berantakan. Tetap happy kalau anak sehat dan senang, urusan rumah belakangan, haha. Berusaha keras mengucap Alhamdulillah selalu.

Pelatihan mental yang terus menerus ini (bahkan sampai sekarang) ternyata membawa perubahan nyata untuk saya. Diary yang semasa jomlo hanya berisi haha hihi gebetan dan sedih-sedihan, sekarang penuh dengan catatan planning segala rupa, dari perencanaan kegiatan sehari-hari, menu masakan dan daftar belanjaan serta evaluasi mengapa kegiatan-kegiatan ini itu ada yang belum kelar. To do list panjang lebar kali tinggi dan target-target ambisius yang mungkin bakal bikin org geleng2 kepala dah.

Saya berubah menjadi seorang pemikir tentang segala rencana dan masa depan. Dan sering galau karena hal yang sudah direncanakan tapi belum kelar. Waktu jomlo, kerjaan saya tidur terus lho. 

Dan saya beru tau bahwa merencanakan kehidupan adalah salah satu tanda kedewasaan (dapet baca di sebuah buku). Alhamdulillah ternyata saya resmi dong jadi orang dewasa wkwk. Bahwa jika orang tidak suka merencanakan sesuatu dan lebih suka hidup mengalir saja, itu tandanya orang itu masih kekanak-kanakan. Hati-hati lho, bahaya kalau sampai menikah masih begitu. Mau dibawa ngambang kemana keluargamu?

Dan lalu, saya sampai sekarang masih berjibaku dengan to do list yang panjang itu. Bagaimana rencana yang sudah tertulis dari oktober lalu, baru terlaksana kemarin hahaha. Dan rencana-rencana lain yang pending semua. Semua tergantung pada kesediaan waktu. Kalau bocil sudah tidur, baru saya bisa beraksi ini itu. Dengan adanya to do list yang panjang itu, saat bocil tidur, kita jadi gak mikir 'mo ngapain gw yak'. Setidaknya setiap hari kita punya inceran suatu tugas, seperti, 'hari ini gw mo ngabisin setrika!' Maka dari itu, setiap ada waktu luang ya nyetrika, walau nyicil-nyicil sampe besokannya.

Yah begitu deh to do list saya. Tapi ada rasa wow juga ketika saatnya 'ceklis' tanda bahwa todo list itu sudah kelar dikerjakan. Seakan, wow, beneran kelar juga tuh kerjaan yaa, dan lalu ngakak sendiri karena rentang waktunya lama banget. Seperti beberapa waktu lalu saya merencanakan rapi-rapi isi lemari, dan baru kelar dalam hitungan bulan, hahaha.

Yah begitulah. Jadi istri dan ibu adalah pelajaran seumur hidup. Jangan banyak mengeluh apalagi menyerah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komen dong dong

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.