Selasa, 02 April 2019

Pulang Sekolah...


Siang itu cuaca kecerahan banget. Siang menjelang sore yang diisi oleh murid-murid yang berhamburan keluar pagar dan ke parkiran untuk mengambil motor masing-masing. Beberapa murid masih tampak asik di sekolah, belum mau pulang. Walau baju sudah kucel dan jilbab sudah miring-miring, mereka masih betah mengobrol entah apa.

Di pelataran mushola sekolah, beberapa murid perempuan melepas lelah dan curhat tentang pelajaran-pelajaran sekolah. Maklum, mereka dari kelas-kelas yang berbeda, saling bercerita tentang kejadian di kelas mereka. Tentang guru yang marah-marah atau tentang teman yang rok-nya robek bermain kuda templok di kelas. Pembicaraan ala-ala cewek SMA yang entah apa, yang penting suara cempreng terdengar seantero mushola. Heboh.

Beberapa dari mereka ada yang menaruh tas di mushola dan lalu pergi membeli jajanan. Soto di kantin yang mungkin masih tersisa atau gorengan di depan sekolah. Tukang gorengan pun sampai ngetem terus walau sudah lewat jam pulang sekolah. Demi meladeni murid-murid kurang kerjaan yang lebih senang haha hihi di sekolah ketimbang mengerjakan pe-er di rumah.

"Cabenya yang banyak bang!" Kata salah seorang murid perempuan yang jilbabnya miring. Ia tak tahu abang gorengan membeli cabe bukan dengan harga murah. Tapi demi langganan, maka cabe rawit mewah itu pun diberikan dengan suka rela. Walau lebih terlihat seperti membeli cabe gratis gorengan.

"Beli es kumis dulu!" Kata murid perempuan satunya. Jilbabnya nggak miring. Hanya suaranya agak miring ke arah falset. Lalu mereka melangkah jauh ke kantin belakang untuk membeli es yang berkumis tersebut. 

Berjalan di antara pilar-pilar beton sekolah. Lorong-lorong yang mungkin tak terlupakan sampai 10 tahun ke depan. Mereka berdua sibuk lirak-lirik adik-adik kelas yang lucu-lucu itu. Atau melihat anak-anak paskibra yang latihan di lapangan panas itu. 

"Es-nya satu ya, mis!"
Ternyata yang jual es memang berkumis. Dan ia memang tak bisa mencukur kumisnya selamanya, karena sudah kadung menempel menjadi brand dagangannya. 

Murid berjilbab miring curi-curi pandang ke seantero kantin. Siapa tahu yang ia cari ada di situ. 

"Nah, khan!!! Ketauan loooo!!"
Murid berjilbab miring menunjuk seorang yang gelagapan karena diteriaki.

"Ngerokok lu yaa!! Dendaaaa!!!"
Murid berjilbab miring mulai menengadah meminta duit. Sementara murid bersuara falset gembira ria karena uang kasnya akan nambah lagi.

Setelah sukses gerebek kantin, mereka berdua pun kembali menuju mushola. Kembali melewati anak-anak ekskul yang sedang berlatih. Beberapa terlihat anak-anak ekskul silat yang bersiap-siap dengan atribut mereka. Serta anak-anak teater yang mulai berteriak tanpa terkendali. Mungkin sedang mendalami karakter atau memang dia kerasukan.

Mushola sudah mulai ramai dengan kongkow girls alias murid-murid cewek yang siap bergosip ria sampai bosan lalu baru pulang ke rumah.

Dibukalah gorengan yang menjadi santapan utama. Satu gigitan, satu cabe. Begitulah aturan makannya. Lambung mereka masih kuat, Nikmatilah, karena mereka tidak tahu bahwa 10 tahun kemudian cabe tak kuat lagi tertelan oleh lambung mereka. 

Berhaha-hihi dengan segala macam gosip yang ada. Sampai ketika penjaga mushola datang dengan sapunya. Mengusir semua makhluk yang ada di sana.

"Bu kembanggg! kaburrrr!!!"

Dan mereka pun pulang tergesa karena seorang ibu-ibu pecinta kembang sudah berang. Mushola buat sholat, bukan buat makan gorengan, begitu motonya. 

Akhirnya mereka terpaksa pulang ke rumah masing-masing. Menunggu bertemu esok lagi. Sampai akhirnya tiba waktunya mereka pulang dan tak pernah kembali lagi ke sekolah. Melanjutkan hidup meninggalkan masa remaja. Mereka hanya kembali dalam sebuah kenangan yang mungkin tak semua ingat dan menganggap itu penting. Tapi mereka yakin semua itu adalah kerinduan yang tak akan terulang lagi. Rasa yang pernah ada akan tetap ada di satu bagian sejarah kita. Senang, sedih dan segalanya. Ada di satu masa itu. Menjadi satu memori manis yang mungkin akan membuat senyum mengembang. Teringat kita pernah bahagia dengan bentuk yang berbeda, pernah galau dengan perasaan yang berbeda, pernah bodoh dengan hal-hal yang juga bodoh. Bertindak sesuai umur kita saat itu. Menjadi lucu bila diingat, menjadi haru bila mulai merindu.

Masa lalu, bukan untuk kembali. Hanya mengingat dan hati menjadi hangat.



Dari aku, si jilbab miring

1 komentar:

Komen dong dong

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.