Itu slogan chairil anwar. Yang ini gue mau bahas tulisan bung arswendo. Tadi baca tulisan bung sedikit. Yang bilang menulis itu harus siap menerima ilham. Sekarang lagi ada ilham, posisi rebahan nyusuin anak.
Memang, kalo baca cerita bung, ente asik bisa nulis sambil di perjalanan. Suka travelling. Lah gua???? Itulah yang terlintas pas baca tulisan bung itu. Tapi ya gimana, mungkin gue yang salah, kok baca tips menulis versi bapac-bapac, ya mungkin gak cocok lah dengan hidup emak-emak.
Lalu gue kembali merenung. Ada apa dengan waktu kita? Kenapa sekarang sudah tahun 2021?
Entah berapa sering gue takjub dengan takdir yang itu. Kenapa kok gue sudah 30 tahun? Kenapa masa muda gue udah lewat gitu ya? Bukan mau bilang bahwa masa itu berlalu tanpa terasa, terasa kok, tapi rasanya ingin di situ aja selamanya. Tanpa harus dituntut waktu untuk jadi dewasa, tanpa harus menambah berbagai beban hidup. Makin ke sini, rasanya ruang pikiran seperti enggak muat.
Mungkin gue hanya lagi overload.
Tapi hidup ya gitu. Ada masanya kita bebas berekspresi suka-suka. Dari kecil hingga remaja. Ada saatnya kita menjadi begitu serius mengukir langkah masa depan. Begitu seriusnya sehingga harus dibantu jika ingin tertawa. Sampai lupa, apa hari ini aku sudah tertawa? Bertanya dengan muka begitu serius.
Begitu pagi, bertanya, apa ada kerut yang bertambah di wajah? Cermin hanya diam, tapi wajah di sana terlihat begitu serius seperti lupa dulu pernah berwajah begitu ceria. Kenapa dewasa membuat wajah menjadi begitu jelek.
Lalu malam kembali datang begitu cepatnya, hingga tersadar tak ada hasil di hari itu. Penuh dengan wara-wiri duniawi yang tak lagi ada jeda. Begitu terus hingga mungkin matahari tak lagi terjaga.
Nyari pic di pinterest tema anak muda, gue justru dapet banyak foto pertemanan ala-ala 2000-an awal, foto dengan kamera film. Sama halnya gue juga punya banyak foto pertemanan kayak gitu, dulu. Foto jalan-jalan dari mall sampai ke gunung. Dari foto bagus sampai ekspresi absurd. Kemana semua foto? Mungkin masih ada, gue aja yang malas nyari. Malas liat lagi. Hanya foto untuk di kenang, dilihat-lihat hanya buat kerinduan. Habis rindu lalu terbitlah kesal, tentang kemana teman yang dulu berkumpul, kini hanya berbentuk maya yang tak bisa dirangkul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen dong dong
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.