Setidaknya gue lega akhirnya si Juki punya dunianya. Tapinya,
gue tetep ngerjain novel Arjuna dulu. Novel Arjuna ini entah kenapa agak
membuat gue hilang minat. Mungkin sosok arjuna terlalu serius dan gelap.
Sementara sosok Juki yang ceria semacam lebih menarik untuk diulik. Arjuna
berlanjut beberapa BAB hingga gue jenuh bangettt. Gue pun mulai menulis kisah
Juki sedikit demi sedikit. Anehnya, gue menulis dengan banyak cengengesan
sendiri (dan saat ini pun gue cengengesan wkwk). Gue merasa lucu dan seru
menuliskan cerita dia. Beda banget saat gue nulis Arjuna, muke gue kek
bengonggggg dan datar. Semacam gak tertarik gitu.
Gue lalu mulai mengurai apa masalahnya. Gue lupa gue baca di
mana ya, jadi gini, novel Arjuna itu sudah gue plotting sampai tamat. Jadi,
segala naninu sudah gue ketahui konfliknya. Ah iya, gue baca di buku Haruki
Murakami. Jadi, beliau bilang, cerita yang sudah kita ketahui ujungnya, akan
membosankan. Yah, kira-kira itulah yang gue rasakan ke Arjuna. Gak ada rasa
penasaran atau ketertarikkan untuk menuliskannya. Sebanding seperti saat gue
menulis novel pertama gue, Ketika Sekolah Usai. Gue merasa kek, GILE BORING
AMAT JADI NOVELIS wkwk. Karena ceritanya juga udah gue plotting dari awal.
Lalu gue menuliskan kisah Juki sambil merasa bersalah pada
Arjuna yang hidupnya berhenti di tengah jalan. Tapi gaess, yang namanya nulis
pasti (apalagi gue) ada malesnya. Kisah Juki lebih banyak menari-nari di otak
gue daripada beneran gue tulis hahaha. Gue semacam perlu denger beberapa lagu
galau biar ada tambahan ide untuk adegan-adegan yang terjadi. Pokoknya saat
itu, gue sedang terJuki-Juki sendiri. Aneh bener emang.
Gue akhirnya menulis adegannya loncat sana-sini, tergantung
gue lagi dapet inspirasinya apa. Karena gue sutris sendiri pas nulis secara
runut dari bab ke bab. Aneh banget emang. Nulis tanpa plot emang gak
membosankan, tapi jadi gatau tamatnya kapan hahaha.
Lalu datanglah kesempatan untuk nulis di platform online. Nah ini gilak sih, gue mikirnya sampe tiga bulan. Lalu gue baru bergerak untuk membuat novel di sana (IYA, GUE LELET BAT EMANG). Gue lalu menarik Juki masuk ke dunia yang lain, yaitu novel BADBOY TOBAT. Juki berganti nama menjadi Jaka. Lalu datanglah tokoh Salsa jadi pasangannya. Dan novel ini juga sengaja enggak gue bikin plotnya, takut bosen lagi. Dan gue sangat senang menuliskannya, gue sedih saat tokohnya sedih dan tertawa saat mereka tertawa. Agak ngeri emang jadi novelis, wkwk.
Sampai tiba di bab 20, gue baru ngerasa
perlu ada plot jelas ke depannya, tapi dikit-dikit aja. Gue buat untuk 5 bab ke
depan, lalu setelah kelar, nge-plot lagi, gitu terus. Pokok dikit-dikit aja,
jangan sampe tamat dulu, wkwk. Dan berakhirlah novel itu di bab 47.
Ini adalah novel kedua gue yang bisa kelar, setelah novel Ketika
Sekolah Usai. Di sela-selanya ada banyak novel terbengkalai, Arjuna, Juki dan
beberapa novel lainnya. Setelah Badboy Tobat kelar, gue merasa aneh.
Gue suka dengan Jaka dan Salsa, gue suka tulisan gue
sendiri. Gue tahu ini narsis, tapi gue nggak percaya bahwa gue bisa menulis
sebanyak itu dan sebagus itu. Sebuah novel yang membawa gue pada kehidupan
baru. Di mana gue percaya, bahwa gue memang mampu. Arjuna, Juki dan novel-novel
yang nggak kelar itu, memang harus ada, karena tanpa itu semua, Jaka enggak
akan ada, ya nggak sih??
Gue nggak tahu inti dari tulisan ini apa. Mungkin gue hanya
rindu sama Juki, dan kayaknya pengen nulis tentang dia lagi. tulisan tentang
dia berceceran dan belum tahu gimana gue nyambungin jadi satu wkwk. Mungkin ini
cara aneh lainnya dalam gue menulis novel. Hehheheuu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen dong dong
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.