Kamar itu bernuansa kayu. Ada queen bed dan lemari kayu. Begitu sampai, Gue langsung masukkan tas gue ke dalam situ, tanpa gue keluarin isi tasnya. Bener-bener beneran nyampe juga gue ke Bali!
Gue tiduran di tempat tidur itu. Memandang kipas besar di atas sana, sambil mikir, apa bakalan jatoh ya kipas itu pas gue tidur? Apa bakal mati kalau gue ketimpa kipas itu? Gue inget waktu SMP ada temen gue yang ketimpa baling-baling kipas, lalu kegores pelipisnya. Bukan temen gue sih, beda kelas, seorang cowok, panggilannya Beler. Napa gue masih inget ya, tapi gue udah lupa nama asli dia siapa. Dia mungkin cowok tidak tampan namun cukup populer karena mata belernya. Penting banget ga sih gue cerita tentang ini?
Kamar di Bali yang gue tempati itu sangat... apa ya.. nyaman. Kamar ternyaman yang pernah gue tidurin. Maklum, gue nggak pernah nginep di hotel, jadi standar gue adalah kamar di Bali itu. Kamar murahan tanpa AC. Nyaman.
Dan pagi ini, gue teringat kamar itu. Bagaimana gue tidur di situ, di tengah-tengah kasur. Tanpa kecemasan apa pun, tidur dengan nyaman. Jauh dari semua-mua. Tidur dengan angin sepoy-sepoy dari kipas angin jumbo. Kenyamanan yang aneh, tapi gue suka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen dong dong
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.