Jumat, 15 Juli 2022

Tas

"Kamu baby blues??" Kakak gue bertanya sambil tertawa gara-gara gue memperlihatkan sepatu heels yang gue beli. Bukan maen, heels itu tingginya 15cm. Membuat gue mendadak setinggi SNSD.



Kakak gue bercerita tentang drama Layangan Putus yang dia tonton. Tentang bagaimana sang istri yang di selingkuhi itu mendadak ingin beli sepatu heels, seperti gue.

Becandaan itu kemudian menghantui gue. Baby blues? Anak gue udah mau tiga tahun, bukan baby blues lagi namanya, lebih cocok ke Post Partum Depression. Apa iya?

Begitulah manusia jaman now, suka kebanyakan prihatin dengan diri sendiri dan melabeli diri dengan segala macam penyakit. 

Lalu, bagaimana ceritanya gue bisa membeli heels?? 

Entah. Hanya kepengen yang tiba-tiba. Gue punya memori tentang heels. Sekitar, mungkin tahun 2010. Saat gue masih bermain bersama sahabat gue cynthia. Dan mungkin juga karena gue kangen dia, jadi gue kepikiran heels. Saat itu kita suka jalan-jalan di Matahari, lihat-lihat berbagai baju yang tidak sanggup kita beli dan sepatu yang bermerk dan tak terjangkau itu. 

Gue inget saat itu kita berkhayal sambil memakai heels kembaran. 

"Wow, pas banget nih ada dua cyn. Cocok banget! Lu beli yang itu, gue yang ini yah!"
Entah kenapa kenangan itu mengusik gue. Dan gue lalu membeli sepatu heels saat mengingat itu. 

Rasanya.. kepengen aja punya. 

Saat itu gue hanya memiliki sepatu kets karet, dikasih emak gue, yang sehari-hari gue pakai keliling teras atau ke warung.

Hanya itu kegiatan gue. Lalu.. untuk apa gue beli heels? Membingungkan memang. Dan menyedihkan. Gue enggak punya alasan untuk memakai heels. Gak ada.

Lalu kegilaan itu merambah ke lain hal. Tas.

Berawal dari tujuh bulan yang lalu saat gue menerima hadiah tas dari acara tukeran kado. Sebuah tas kecil model selempang. Gue tersadar bahwa ini hal yang baru untuk gue. Bertahun-tahun gue selalu pakai tas gemblok lumayan besar untuk menampung keperluan tiga anak gue. Tas kecil? Enggak terlintas di pikiran.

Ketika gue pakai tas itu sambil berkaca. Ternyata bagus juga. Gue suka. Dan setelah itu. Sangat jarang tas itu terpakai. Dia hanya menggantung di sebuah sisi kamar gue. Menunggu untuk dipakai. Entah kapan.
Lalu ada kondangan. Akhirnya. Heels dan tas itu terpakai. Hari yang indah. Sekali dalam setahun. Gue pergi dengan bergaya. Cukup mengisi hati sampai tahun depan.

Lalu gue mulai terpikat dengan tas-tas lain. Yang lalu gue beli. Dan bekhayal, semoga suatu saat bisa gue pakai. Atau gue akan pakai saat pergi ke warung. Gue ingin bergaya. Ingin nggak terlihat... kayak pengangguran nggak guna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komen dong dong

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.